Pria Muda atau Suami Yang Sering Mengeluh Belajarlah dari Bapak Ini
September 14, 2012 31 Comments
“ Dik, saya izin pulang dulu ya?”
Sapaan itu terdengar setiap sore hari menjelang magrib. Tiada lain tiada bukan, itu adalah sapaan seorang tukang becak yang juga bekerja sebagai tukang parkir di daerah tempat saya bekerja. Beliau adalah Pak Sakat. Selain berprofesi sebagai tukang becak di malam harinya, Pak Sakat juga menjadi juru Parkir tatkala siang Hari.
Kehidupan beliau sungguh sangat sederhana, ujian yang bertubi-tubi tak membuat senyum di wajahnya sirna begitu saja, beliau tetap tersenyum walaupun dunia seakan begitu kejam terhadapnya. Tiap hari Pak Sakat harus bangun pagi-pagi sekali, menyiapkan beberapa keperluan setiap hari anaknya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Kenapa bukan Istri beliau yang menyiapkan?, karena semenjak melahirkan anak pertamanya itu, istrinya terserang penyakit stroke, dan sampai sekarang belum sembuh, istrinya hanya bisa terbaring di rumahnya.
Semua pekerjaan rumah di lakoni oleh pak Sakat, memasak untuk sarapan, mencuci piring, mencuci pakaian, bersih-bersih rumah, semua beliau jalankan seorang diri. Selepas pekerjaan di rumah beres semua, Pak Sakat Mulai berangkat bekerja sekitar pukul 10.00, jarak rumah dengan tempat kerjanya menjadi seorang juru parkir lumayan jauh, sekitar satu jam beliau menempuhnya, dengan menaiki becaknya. Pulang dari memarkir menjelang magrib, dan selepas isya, beliau harus menuju terminal, untuk mengais rizki kembali sebagai tukang becak. Penghasilannya sebagai tukang parkir masih belum mencukupi kebutuhannya sehari-hari, mengingat istrinya juga sedang sakit di rumah sana. Subhanallah, di siang hari dengan aktivitas yang begitu padat nya, malam hari pun masih tetap bekerja, Suami yang luar biasa.
Saya sering ngobrol dan berbincang dengan beliau, menayakan kehidupannya beliau dan keluarga. Sungguh bagai mendapat sebuah tamparan, bahwa hidup ini memang butuh perjuangan, harus menjalani hidup seperti apa adanya sesuai yang dianugerahkan Allah kepada kita. Beliau sama sekali tidak pernah mengeluh walau hidupnya sangat menderita dan susah.
Ada sedikit kisah berhikmah yang bisa kita ambil dari seorang Pak Sakat. Suatu ketika, beliau sedang memarkir kendaraan di siang hari. Tiba-tiba beliau menemukan uang 50ribuan di dekat kendaraan yang diparkir. Beliau ambil uang itu dan kemudian mencari-cari siapa yang telah menjatuhkannya. Di beritahukannya uang itu pada saya dan yang lainnya, menanyakan siapa yang telah kehilangan uang itu. Subhanallah, di saat sangat terhimpit dan membutuhkan uang, tetap saja beliau tidak mau mengambil uang yang bukan miliknya. Padahal uang itu tidak ada yang memiliki harusnya sudah menjadi milik beliau. Akhirnya uang itu beliau masukan di kotak amal yang ada di toko.
Suatu saat juga ada dompet dan bahkan handphone milik seseorang jatuh, tetapi beliau tetap berusaha mencari pemiliknya dan mengembalikannya. Suatu pelajaran yang wajib kita petik hikmahnya, bahwa jangan sampai mengambil sesuatu yang bukan milik kita. Beliau tidak ingin harta yang bukan miliknya itu mengganggu ketentraman dan ketengan dalam hidupnya.
Subhanallah, saat saya berpikir betapa susahnya menjadi seorang pak Sakat, ternyata beliau merasa bahagia dengan hidupnya. Memang benar adanya bahwa “ Ujian dan kesulitan dalam hidup tak menghalangi seseorang untuk mendapatkan dan merasakan kebahagiaan”.
Semoga, Allah senantiasa menjaga dan memberi kebaikan untuk pak Sakat dan keluarga.
Yang diatas adalah poto pak sakat dan anaknya saat beliau sedang memarkir. Saya juga sering berbicara dan bercanda dengan anaknya yang kadang ikut ayahnya bekerja, namanya adalah Arga, anak kecil nan lucu itu bercita-cita menjadi polisi atau tentara. Cita-cita dari seorang anak nan lugu yang tak mudah, tapi tetap semangat nak, doaku untukmu, ayahmu, dan keluargamu.
Sapa Sahabat